Pernah dengar
kisah Salman Al-Farisi, Salman adalah dari keluarga kaya raya, ayahnya seorang
Bupati. tapi apakah Salman berhenti disitu saja, tentu jawabannnya Tidak.
Dengan kisah Hijrah yang panjang demi pencarian jati diri pndah dari daerah
satu ke daerah lain dari Persia ke Syria, Kemudian Mosul ke Nasibin, Amuria,
Kemudian menetap di Wadil Qura’ pada akhirnya Salman sampai di Madinah ujung
dari kisahnya bertemu Rasulullah dan masuk Islam.
Kemudian kisah
Mush’ab bin Umair seorang yang sangat tampan, kaya raya dan sangat dimanjakan
oleh kedua orang tuanya, rela meninggalkan semuanya demi mengikuti Risalah Nabi
Muhammad SAW. Di akhir hayatnya ketika meninggal dunia kain kafan pun tak mampu
dibeli yang bisa menutupi seluruh badannya, jika kepalanya ditutup maka kaki
nya akan terlihat. Sehingga kakinya ditutupi dengan rumput idzkhir.
Dan masih banyak
kisah para sahabat lainnya mengenai kisah hijrah yang meninggalkan semua
kenikmatan yang dimilikinya.
Tentu dari kisah
ini kita dapat mengerti bahwa, Mereka bukanlah mencari Harta, perempuan maupun
jabatan.
Sudah
banyak orang di Bumi ini focus mencari dan mengumpulkan harta, sedangkan harta
tak mampu menolongnya di Akhirat kelak. Bahkan harta-harta nya itu malah
menjerumuskan anak-anak dan istrinya untuk foya-foya dan lupa Akhirat. Padahal
sebagai kepala keluarga diperintahkan untuk menjauhkan keluarganya dari siksaan
api neraka. Sangatlah merugi Anak dan harta nya tak mampu menolongnya untuk masuk
ke Surga.
Sudah
jelas ya ada 3 hal yang amalnya tidak terputus, harta yang disedekahkan, anak
yang soleh dan ilmu yang bermanfaat.
Lantas, apa
sebenarnya yang kita cari hidup di dunia ini? Yang hanya hidup di dunia
rata-rata 69 Tahunan
kecuali orang Jepang ya usia hidupnya lebih tinggi sekitar 83 Tahunan. Kita hidup di Dunia ini
hanyalah persinggahan dan hanya diwaktu sore saja.
Padahal jelas
di firman Allah SWT:
Dan tidaklah
Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaku”
(Q.S adz-Dzaariyaat
ayat 56)
Makna
beribadah kepada Allah adalah bentuk penghambaan kepadanya, semua perbuatan
amal ibadah hanya ditujukan kepada Nya saja. Bentuk penghambaan ini akarnya
adalah iman dan buahnya adalah Akhlaq.
Arti Iman
kepada Allah SWT membenarkan dengan hati bahwa Allah ada
dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaannya mulai dari Ar – Rahmaan الرحمن (Maha Pemurah) hingga Ash – Shabuur الصبور (Maha Penyabar) 99 sifat Allah SWT,
kemudian di akui dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan di dunia
nyata.
Keimanan
ini sangat penting bagi kita apakah kita akan masuk syurga ataukah masuk neraka.
Dari
Abu Said Al-Khudri r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Setelah penduduk
surga masuk ke surga dan penduduk neraka masuk ke neraka, maka Allah Ta'ala pun
berfirman, 'Keluarkanlah dari neraka orang-orang yang dalam hatinya terdapat
iman walaupun sebesar biji sawi.' Mereka pun dikeluarkan dari neraka. Hanya
saja tubuh mereka telah hitam legam bagaikan arang. Oleh karena itu, mereka
dilemparkan ke sungai Haya' atau hayat –terdapat keraguan dari Imam Malik.
Kemudian tubuh mereka berubah bagaikan benih yang tumbuh setelah banjir.
Tidakkah engkau melihat benih tersebut tumbuh berwarna kuning dan
berlipat-lipat." Wuhaib berkata, "Amr menceritakan kepada kami,
"Sungai Al-Hayat"dan Wuhaib berkata, "kebaikan sebesar biji
sawi." hadits
Shahih Bukhari ke-22.
Kita
menyakini bahwa setelah kematian nantinya kita akan dibangkitkan kembali untuk
melewati hari Kiamat dimana harta dan keluarga tidak dapat menolong kita dari
siksaan api neraka.
Letakkanlah
Dunia digenggamanmu dan Akhirat di Hatimu. Sesungguhnya dunia dikejar akan
semakin lari, akhirat dikejar akan semakin mendekat. Kalaupun dunia terlepas
dari genggaman maka tidak akan bersedih atas kehilangannya, akan tetapi jika
tidak bisa beramal untuk akhirat maka bersedihlah. Dunia kita cari, kita
hanyalah mendapatkan setetesnya saja, kalaupun kehilangan kita hanya kehilangan
setetesnya juga.
Jati
diri kita hanyalah sebagai hamba Allah yang diciptakan untuk beribadah
kepadaNya baik secara lisan, hati dan fikiran serta perbuatan yang ditujukan
hanya untuk Nya. Kita percaya dan menyakini bahwa Nabi Muhammad adalah
utusannya, kitab-kitab Nya, Para Malaikat, Qada dan Qadar dan Hari Kiamat. Hari
kiamat, Hari pembalasan semua amalan perbuatan kita di Dunia.
Jangan
sampai Jati diri ini kita menyadarinya setelah kita berada di Hari Kiamat,
dimana kita tidak bisa lagi kembali ke Dunia dan beramal saleh. Sebelum
terlambat dan masih diberikan nafas dan umur mari kita mulai dari sekarang.
Mari
kita Ta’atin apapun perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.
Allahu’alam
Bisshowab.
Bandung,
9 Juni 2020
@yeni_s.m