Selasa, 20 Maret 2018

Ada Apa dengan Ramalan?




السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Apa kabar pengunjung bloger saya yang setia, sudah lama saya enggak posting-posting di blog saya, wkwkwkwkwk. Kali ini saya mau nulis tentang lamaran ramalan, sebelum menulis tentang itu saya mau berpantun dulu.
Berkunjung ke Gorontalo
Singgah sebentar di Pantai  Baloyya
Enggak apa-apa jomblo
Asalkan bahagia. . . . 

Duh maaf pantunnya gak nyambung ama judul blog yang diatas. Heee
Oke bismillah saya mau berbagi ilmu terkait Ramalan. Saya turut sedih karena tulisan-tulisan tentang ramalan berseliweran dimana-mana. sekarang sangat mudah untuk dicari tinggal search nanyak sama mbah kita google ketemu dah apa yang kita mau tanyain. Enggak kayak dulu yang masih serba cetak jadi beli majalah dulu baru bisa baca ramalan. Dengan mudahnya informasi yang didapat, mungkin kita enggak sengaja membuka tulisan tentang ramalan tersebut di socmed dan kemudian kita membacanya sekalipun tidak mempercayainya sesungguhnya dapat menggerus Aqidah kita na'udzubillahimindzalik.

Sesungguhnya islam datang untuk salah satunya memperbaiki akhlak manusia yang semula jahilliyah. Berkaca kebelakang zaman jahilliyah dimana manusia pada saat itu percaya ramalan-ramalan termasuk ramalan-ramalan bintang/zodiak yang sampai sekarang masih banyak yang mempercayainya. Zodiak dahulu yang membuat Mesir kuno sekitar abad ke-4 SM. 

Dalam bangsa Arab sebelum islam masuk ramalan disebut tathayyur. Kata ini berasal dari thair yang artinya burung. Sejarah dari tathayyur berawal dari kebiasaan orang Arab pada jaman jahilliyah, jika seseorang hendak melakukan perjalanan, maka ketika melihat burung terbang menuju arah kanan berarti dia akan mendapat keuntungan. Akan tetapi jika burung terbang ke arah kiri maka akan terjadi kesialan. Sebagian masyarakat bahkan sengaja melepaskan burung untuk menentukan nasib perjalanannya. Ketika burung tersebut terbang ke arah kanan, perjalanan akan dilakukan. Namun jika burung terbang ke arah kiri maka perjalanan dibatalkan. Kemudian istilah tathayyur berkembang bukan saja disebabkan oleh petunjuk burung namun dengan petunjuk-petunjuk lainnya.
Lalu, apa hukum membaca ramalan-ramalan di internet ataupun di media social lainnya?

Menurut Fatwa Kerajaan Saudi Arabia (Al Lajnah Ad Daimah), Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz mengenai hukum membaca ramalan bintang, zodiak dan semisalnya adalah haram dan bentuk kesyirikan kepada Allah. Baik membacanya apalagi sampai mempercayainya. Mari kita baca hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dengan sanad yang shahih dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنِ اقْتَبَسَ عِلْمًا مِنَ النُّجُومِ اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ زَادَ مَا زَادَ
Barangsiapa mengambil ilmu perbintangan, maka ia berarti telah mengambil salah satu cabang sihir, akan bertambah dan terus bertambah.” 

Begitu pula hadits yang diriwayatkan oleh Al Bazzar dengan sanad yang jayyid dari ‘Imron bin 
 Hushoin, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: 
     
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ أَوْ تُطُيِّرَ لَهُ أَوْ تَكَهَّنَ أَوْ تُكُهِّنَ لَهُ أَوْ سَحَّرَ أَوْ سُحِّرَ لَهُ
Bukan termasuk golongan kami, siapa saja yang beranggapan sial atau membenarkan orang yang beranggapan sial, atau siapa saja yang mendatangi tukang ramal atau membenarkan ucapannya, atau siapa saja yang melakukan perbuatan sihir atau membenarkannya.” 

Siapa saja yang mengklaim mengetahui perkara ghaib, maka ia termasuk dalam golongan kaahin (tukang ramal). Ilmu ghaib hanya Allah yang mengetahuinya, sebagaimana disebutkan dalam ayat,  dibawah ini:

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ
Katakanlah: “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah” (QS. An Naml: 65).

Syaikh Sholih Alu Syaikh mengatakan, “Jika seseorang membaca halaman suatu koran yang berisi zodiak yang sesuai dengan tanggal kelahirannya atau zodiak yang ia cocoki, maka ini layaknya seperti mendatangi dukun. Akibatnya cuma sekedar membaca semacam ini adalah tidak diterima shalatnya selama empat puluh hari. Sedangkan apabila seseorang sampai membenarkan ramalan dalam zodiak tersebut, maka ia berarti telah kufur terhadap Al Qur’an yang telah diturunkan pada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Lihat At Tamhid Lisyarh Kitabit Tauhid oleh Syaikh Sholih Alu Syaikh pada Bab “Maa Jaa-a fii Tanjim”, hal. 349)

Ada dua persoalan didalamnya, jika sekedar membaca zodiak atau ramalan bintang, walaupun tidak mempercayai ramalan tersebut, maka itu tetap haram. Akibat perbuatan ini, shalatnya tidak diterima selama 40 hari.

Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, maka shalatnya selama 40 hari tidak diterima.” (HR. Muslim no. 2230). Ini akibat dari cuma sekedar membaca.

Maksud tidak diterima shalatnya selama 40 hari dijelaskan oleh An Nawawi: “Adapun maksud tidak diterima shalatnya adalah orang tersebut tidak mendapatkan pahala. Namun shalat yang ia lakukan tetap dianggap dapat menggugurkan kewajiban shalatnya dan ia tidak butuh untuk mengulangi shalatnya.”  (Syarh Muslim, 14: 227)

Persoalan yang kedua adalah apabila sampai membenarkan atau meyakini ramalan tersebut, maka dianggap telah mengkufuri Al Qur’an yang menyatakan hanya di sisi Allah pengetahuan ilmu ghoib.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkannya, maka ia berarti telah kufur pada Al-Qur’an yang telah diturunkan pada Muhammad.” (HR. Ahmad no. 9532, hasan).
Akan tetapi jika seseorang membaca ramalan tadi untuk membantah dan membongkar kedustaannya, semacam ini termasuk yang diperintahkan bahkan dapat dinilai wajib. (Al Qoulul Mufid ‘ala Kitabit Tauhid, 1: 330).

Lalu bagaimana cara kita mengetahui karakter orang lain jika membaca lamaran ramalan hukumnya haram.  Dalam islam semua kehidupan ini sudah diatur mulai dari A hingga Z. Mengetahuin karakter saudara kita bisa dikenali dengan cara melakukan safar bersamanya.
Sebagaimana Umar bin Khattab memiliki tiga ukuran untuk menimbang benarkah seseorang mengenali orang lain ?

Satu hari ketika seseorang memuji kawannya dalam persaksian sebagai orang baik,‘Umar bertanya padanya, ”Apakah engkau pernah memiliki hubungan dagang atau hutang piutang dengannya, sehingga engkau mengetahui sifat jujur dan amanahnya ?”
” Belum,” jawabnya ragu.
Pernahkah engkau,” cecar Umar,”Berselisih perkara dan bertengkar hebat dengannya sehingga tahu bahwa dia tidak fajir dalam berbantahan ?”
” Ehm, juga belum…”
Pernahkah engkau bepergian dengannya selama 10 hari sehingga telah habis kesabarannya untuk berpura-pura lalu kamu mengenali watak-watak aslinya ?”
” Itu juga belum. “
Kalau begitu pergilah kau, hai hamba Allah. Demi Allah kau sama sekali tidak mengenalnya !”.

Ketiga hal ini akan mudah mengenal watak dan karakter seseorang. Salah satunya bersafar bersama selama 10 hari atau lebih. Dengan bersafar semua sikap asli akan tersingkap. Dari situ kita bisa menilai orang tersebut.

Kata-kata safar menurut Syaikh Muhammad bin shalih Al-Ustaimin adalah
وسمي سفرا لأنه من الإسفار وهو الخروج والظهور كما يقال أسفر الصبح إذا ظهر وبان وقيل في المعنى سمي السفر سفرا لأنه يسفر عن أخلاق الرجال يعني يبين ويوضح أحوالهم فكم من إنسان لا تعرفه ولا تعرف سيرته إلا إذا سافرت معه وعندئذ تعرف أخلاقه وسيرته وإيثاره
“Diistilahkan safran karena diambil dari makna al-isfar yaitu: keluar dan terang, nyata. sebagaimana dikatakandalam ungkapan yaitu bersinar atau bercahaya. Secara makna disebut  as-safaru–safran karena “membuka perihal akhlak seseorang.” Maksudnya, menjadikan jelas dan nyata keadaannya. Berapa banyak orang yang belum terkuak jati dirinya, bisa terungkap setelah melakukan safar/bepergian bersamanya. Ketika dalam safar itulah engkau mengetahui akhlak, perangai dan wataknya.

Jadi, tidak perlu lagi bukan membaca ramalan atau sebagainya. Didalam islam, sudah ada solusinya yaitu dengan bersafar bersama.
Dimulai dari sekarang tidak mendekati ramalan apalagi sampai membaca atau mempercayainya, na'udzubillahimindzalik


Wallahu a'lam bish-shawab.

وَعَلَيْكُمْ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
 

Rungan Barat, 20 Maret 2018

@Yeni_s.m

Perjanalan Menuju Ufuk Barat

Hidup ini hanyalah sandiwara bak drama atau sinetron ... Dan kamu lah sebagai pemeran utamanya...  Kamu tinggal milih peran apa yang akan ka...