Khadijah Binti Khuwailid r.a
Ia adalah wanita yang
dikenal dengan julukan Ath-Thahirah (Wanita Suci) yang terkenal kaya raya,
terhormat, keturunan bangsawaan dan cantik. Wanita seperti ini yang menjadi
incaran para pemimpin Quraisy namun
ditolak pinangannya karena Bunda Khadijah tidak mengincar harta benda mereka
melainkan jiwa mereka, Bunda Khadijah lahir di
Ummul Qura (Mekah) sekitar lima belah tahun sebelum tahun gajah. Ummul Qasim
binti Khuwailid bin Asd bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab Al-Qurasyiyah
Al-Asadiyah.
Kala itu, malam itu tidak
seperti biasanya, Bunda memimpikan memimpikan matahari besar turun dari langit
Mekah dan berada didalam rumahnya, memenuhi seluruh isi rumah dengan cahaya dan
keindahan. Cahaya dari dalam rumah memancar ke sekelilingnya hingga menyilaukan
jiwa sebelum menyilaukan pandangan karena sangat terang.
Tidak berdiam diri, ke
esokan paginya bunda cepat-sepat mendatangi sepupunya Waraqah bin Naufal.
Menuturkan mimpinya belum tuntas pembicaraannya. Wajah Waraqah berbinar dan
tersenyum sambil berkata kepada Khadijah, “Bergembiralah wahai saudara
sepupuku! Jika Allah membenarkan mimpimu, cahaya nubuwah akan masuk ke dalam
rumahmu, dan dari sana cahaya penutup para nabi akan memancar”.
Sejak saat tu, Bunda
menjalani hidup di atas harapan semoga mimpinya menjadi nyata dan sumber
kebaikan untuk umat manusia dan sumber cahaya dunia. Setiap kali ada seorang
pemimpin Quraisy datang meminang, Bunda selalu mengukur lelaki tersebut dengan
mimpi yang ia alami dan penafsiran yang ia dengar dari saudara sepupunya. Namun
hingga detik itu, sifat-sifat penutup para nabi tidak cocok dengan para lelaki
yang dang datang meminang dan berdekatan dengannya. Bunda menolak mereka dengan
cara yang baik.
Bunda adalah saudagar wanita yang biasa
menyewa jasa sejumlah lelaki untuk memperdagangkan harta miliknya. Sementara
Quraisy sendiri adalah kaum pedagang. Ketika mendengar kejujuran tutur kata,
besarnya amanat dan kemuliaan akhlak Rasulullah SAW, Bunda mengirim utusan
untuk menemui beliau.
Bunda menawarkan untuk memperdagangkan harta
miliknya ke Syam dan bersedia memberikan imbalan terbaik yang pernah ia berikan
kepada para pedagang lain. Rasulullah SAW menerima tawaran bunda kemudian pergi
membawa harta dengan ditemani budak miliknya, Maisarah.
Rasulullah SAW sejenak beristirahat dibawah
naungan pohon di dekat biara seorang rahib. Dari atas biara, si rahib melihat
Misarah lalu bertanya kepadanya, “Siapa lelaki yang istirahat di bawah pohon
itu?” Maisarah menjawab, “Dia orang Quaraisy dari penduduk tanah Haram”. Si
rahib kemudian berkata kepadanya, “Tidak ada seorang pun yang istirahat di
bawah pohon itu selain Nabi”.
Rasulullah SAW mendapat keuntungan dua kali
lipat dari barang-barang yang dijual. Sepulang dari Syam, Maisarah menuturkan
ke Bunda sebagaimana dituturkan orang-orang, selalu melihat dua kalimat
menangui beliau dari sinar matahari. Kala itu panas terik tatkala beliau
menunggangi unta.
Khadijah terus memikirkan berbagai penuturan
dan kisah Maisarah serta kata-kata saudara sepupunyya. Suatu ketika ditengah
kebimbangan dan guncangan, Nafisah binti Munabbih, temanya, datang dn duduk
untuk berbincang. Hingga akhirnya Nafisah mampu mengungkapkan rahasia
tersembunyi dibalik wajah dan intonasi tutur kata Bunda. Begitu keluar dari
dari rumah bunda. Nafisah langsung menemui nabi Muhammad SAW dan berbicara
kepadanya agar menikahi ATH-Thahirah Khadijah. “Muhammad kenapa kau tidak
menikah?” Tanya Nafisah.
“Aku tidak punya apa-apa untuk menikah,”
sahut beliau.
Jika engkau dicukupi dan diajaki menikah
dengan seorang waanita yang berharta, cantik, dan mulia, apakah kau mau
menerimanya?”
“Siapa dia?” sahut beliau
“Khadijah binti Khuwailid,” jawab Nafisah
seketika.
“Kalau dia mau, aku menerima tawaran itu,”
sahut Rasulullah SAW.
Bunda Khadijah dan Nabi Muhammad pun menikah
dengan mahar 20 ekor unta. Setelah akad selesai, hewan-hewan disembelih lalu
dibagi-bagikan kepadaa orang-orang fakir.
Bunda Khadijah kala itu berusia 40 tahun,
usia keibuan yang sudah matang. Sementara Nabi Muhammad SAW berusia 25 Tahun,
usia kematangan seorang pemuda.
Awal mula wahyu Rasulullah SAW setiap kali
memimpikan sesuatu, pasti terjadi seperti cahaya subuh. Beliau kemudian suka
menyendiri di Gua Hira , hingga kebenarn datang kepada beliau kala berada di
dalam gua Hira.
Sesampai pulang membawa Wahyu ini dengan
sekujur tubuh menggigil, hingga masuk menemui bunda lalu Rasulullah berkata
“Selimutilah aku, selimutilah aku!” Bunda menyelimuti beliau hingga rasa takut
hilang. Setelah itu, beliau berkata kepada Bunda, “Wahai Khadijah, kenapa aku
ini?” Beliu menceritakan apa yang terjadi, setelah itu beliau
berkata,”Sekali-kali tidak! Bergembiralah, karena demi Allah, Allah tidak akan
menghinakanmu selamanya, kau menyambung tali keekeluargaan, jujur bertutur kata,
menanggung beban, membantu orang miskin, menjamu tamu dan membantu orang
kesusahaan.”
Bunda Khadijah r.a adalah orang pertama yang
masuk islam, demikian juga dengan putra-putrinya. Zainab, Ruqayyah, Ummu
Kultsum dan Fatimah binti Rasulullah dan putranya Al-Qashim, Abdullah dan
Ibrahim bin Rasulullah.
Bahkan, siapapun yang ada di dalam Rumah yang
diberkahi ini tergolong di antara mereka yang bersegera masuk islam, seperti
Ali bin Thalib dan Zaid bin Haritsah.
Mampukah istri selain Bunda Khadijah yang kaya, dan
bergelimang kenikmatan dengan rela hati melepaskan diri dari segala kenyamanan,
kelapangan dan kenikmatan yang sudah terbiasa ia jalani.
Ia menenangkan beliau kala resah, melegakan beliau
kala lelah, menuturkan beliau memiliki banyak kelebihan, menegaskan kepada
beliau bahwa orang-orang baik seperti beliau takkan pernah terhina.
Diriwyatkan dari Anas r.a, ia berkata “Jibril datang
kepada Rasulullah SAW saat itu Khadijah berada di dekat beliau. Jibril lalu
berkata, “Sungguh, Allah SWT mengucapkan salam kepada Khadijah.” Khadijah
kemudia berkata, ”Allh-lah Yang Maha Pemberi keselamatan. Semoga kesejahteraan
juga berlimpah kepda Jibril, semoga kesejahteraan, rahmat dan berkah Allah juga
berlimpah kepadamu.
Nabi Muhammad SAW belum pernah menikahi seorang
wanita pun sebelum Khadijah bahkan tidak memadu Khdijah hingga Khadijah
meninggal dunia.
Diriwayatkan dari Aisyah r.a, ia berkata, “Aku tidak
cemburu pada istri-istri Nabi SAW selain kepada Khadijah, padahal aku tidak
menjumpainya. Ia meneruskan, Ketika Rasulullah SAW menyembelih kambing, beliau
berkata, kirimkan ini kepada teman-teman Khadijah. Ia meneruskan, suatu hari,
aku membuat beliau marah, aku berkata, Khadjah! Rasulullah SAW berkata,
sungguh, aku dikaruniai cintanya.”
Diriwayatkan dari Aisyah r.a, ia berkata, “Rasulullah
SAW ketika teringat Khadijah, beliau memujinya dengan baik.”Aisyah menuturkan,
Suatu hari aku cemburu, aku lantas berkata, Kau sering kali menyebut si mulut
merah itu. Allah telah memberimu pengganti yang lebih baik darinya”
Beliau berkata, “Allah memberiku pengganti yang lebih
baik darinya? Ia beriman kepadaku kala orang-orang ingkar padaku. Ia
membenarkanku kala orang-orang mendustakanku. Ia membantuku dengan hartanya
kala orang-orang tidak memberiku. Dan Allah memberiku anak-anaknya kala ia
tidak memberiku anak-anak dari wanita-wanita lain”.
Bandung, 17 Maret 2020
@Yeni s.m