Resume
Buku “Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia”
Oleh
Yeni S.M
Karya Prof. Dr. Raghib
As-Sirjani
Penerbit Pustaka
Al-Kautsar
Isi buku ini
menjelaskan betapa pada zaman ketika peradaban islam masuk negara-negara islam
pada waktu itu sangat maju, mulai dari bidang keilmuan hingga bangunan fisik
membuat negara-negara Eropa pada saat itu tercengang.
Penulis resah melihat
kondisi keterburukan islam saat ini dimana ummat islam disudutkan dengan
sebutan keterbelakangan, kuno, penuh dengan kebodohan hingga fitnahan sedangkan
umat islam tidak mampu berbuat apa-apa karena ketidakpunyaan kekuatan (power) dalam segala hal. Ummat islam
saat ini tidak mampu menangkis fenomena
tersebut hanya diam, mulut bagaikan tak punya sajak, hati hampa, mata buta, hal
ini menggambarkan kondisi ummat islam kebanyakan saat ini.
Dari hasil keresahan
penulis ini terciptalah karya fenomenal dengan buku yang berjudul “Sumbangan
Peradan Islam pada Dunia” Dalam kitab asli berjudul Madza Qaddamal Muslimun Lil ‘Alam Ishamaatu al-Muslimin Fi Al-Hadharah
Al-Insaniyah”.
Penulis ingin
memaparkan betapa majunya dan pesatnya perkembangan peradaban islam kala itu.
Sehingga, ummat islam yang membaca buku ini kembali tersuntik semangatnya untuk
menghadirkan kembali kejayaan peradaban ummat islam dalam segala hal mulai dari
politik, bidang keilmuan, kesehatan, pertanian hingga perekonomian.
Dalam hal ini kita
perlu berdiam diri merenung dan membaca sejenak sejarah sebab-sebab
kegemilangan. Kondisi umat akhir ini takkan menjadi baik jika tidak melihat
kebaikan generasi pertama. Mempelajarinya bukan untuk kesombongan dan kebanggan
melainkan mengembalikan yang hak kepada ahlinya membuat koridornya dan
meluruskan jalannya.
Buku ini meraih
pernghargaan dari Presiden Mesir Husni Mubarak r.a bidang Ad-Dirasah
Al-Islamiah pada tahun 2009 melalui Kementrian Waqaf pada hari rabu 26 Ramadhan
1430 H/16 September 2009. Buku ini terdiri dari 2 buku, buku pertama terdiri
dari 5 BAB yang diterjemahkan oleh Sonif, Lc. Sedangkan Buku 2 terdiri dari 8
BAB yang diterjemahkan oleh Masturi Irham, Lc dan H. Malik Supar, Lc.
Peradaban menurut
orang-orang terdahulu hanya meliputi tempat tinggal berupa fisik. Dengan
berkembangnya seluruh kehidupan manusia mulai ilmu pengetahuan, keahlian,
ketatanegaraan hingga perekonomian. Peradaban diartikan bukan hanya tentang
suatu kebutuhan primer kehidupan. Menurut penulis buku ini peradaban adalah
kekuatan manusia untuk mendirikan hubungan yang seimbang dengan Tuhannya,
hubungan dengan manusia yang hidup bersama mereka, dengan lingkungan
pertumbuhan dan perkembangan, vertical
hamblumminallah dan horizontal
hamblumminannas.
Pertengahan sekitar
abad ke-10 Masehi suasana kota-kota dunia Islam dan kota-kota dunia Barat
sangat jauh berbeda. Kota-kota islam pada saat itu penuh dengan kehidupan,
kekuatan dan peradaban sedangkan dunia Barat kebalikannya primitive, tak mengenal ilmu pengetahuan apalagi peradaban dan kuno.
Inggris Anglo-Saxon
pada abad ke-7 M hingga abad ke-10 M merupakan negeri tandus, terisolir, kumuh
dan liar. Rumah-rumah dibangun dengan batu kasar tidak dipahat apalagi
diperkuat maupun diperhalus dan berlantai tanah. Hal ini tertuang didalam buku
sejarah umum karya lavis dan Rambou.
Eropa pada masa itu
hutan belantara, system pertaniannya terbelakang. Rumah-rumah di Paris dan
London dibangun dari kayu dan tanah dicampur dengan jerami dan bambu.
Rumah-rumah itu tidak berventilasi dan tidak punya kamar-kamar yang teratur.
Mereka tidak punya permadani apalagi tikar hanya ada jerami-jerami yang diserakkan
diatas tanah.
Kondisi Eropa berbeda
jauh dengan kota-kota besar Islam kala itu seperti Baghdad, Damaskus, Cordoba,
Granda dan Sevilla. Kota-kota ini begitu menakjubkan dimalam hari jalan
diterangi lampu sepanjang 10 mil. Istana Al-Hamra di Granada begitu mempesona
dan mencengangkan. Baghdad kala itu di zaman Khalifah Al-Mansur mendatangkan
insyinur teknik, arsitek dan pakat ilmu ukur untuk membangun Baghdad. Di sungai
Tigris terdapat 30.000 ribu jembatan, tempat mandinya 60.000 buah dan masjid-mesjid
mencapai 300.000 buah.
Kondisi Arab sebelum
masuknya islam yang dikenal dengan masa Jahiliyah yang disebut dalam sejarah
Arab dengan sebutan Tarikh Al-Jahilia. Kondisi mereka pada saat itu penuh dengan
kekolotan dan perpecahan. Mereka hidup dalam kabilah-kabilah dan
berpindah-pindah, pemuh dengan keboodohan dan kelalaian, tidak mengetahui dunia
luar, penyembah berhala dan tidak berinteraksi dengan dunia lain.
Dalam hal pernikahan
terdapat 4 bentuk pernikahan pada zaman itu, zina merupakan kebiasaan yang
lumrah terjadi, meminum khamar merupakan kebiasaan yang mengakar. Kedudukan
wanita di zaman Jahiliyah sangat tidak disukai sehingga pada zaman ini tidak
hak waris sama sekali untuk wanita. Jika mereka melahirkan seorang anak perempuan
maka merah padamlah mukanya (An-Nahl: 58-59). Mereka sangat tidak suka anak
perempuan, aib yang memalukan sehingga mereka
akan mengubur hidup-hidup anak perempuan yang baru lahir.
Mereka juga bermuamalah
dengan riba sampai-sampai dikatakan “Sesungguhnya jual beli itu seperti riba”.
Inilah kondisi Arab sebelum Islam masuk.
Sekilas
tentang dunia sebelum islam
Jika kita melihat keadaan
dunia pada masa sebelum islam masuk, benar-benar rusak dari segala aspek mulai
dari sisi kehidupan, politik, ekonomi, masyarakat dan agama, penuh dengan kezhaliman
tenggelam dalam lautan khufarat dan tahayul, berjalan dengan keserakahan dan
hawa nafsu.
Manusia pada saat itu
meyembah batu-batu, matahari, api bulan hingga hewan. Mereka membagi
kasta-kasta, makan harta anak yatim, memutuskan tali hubungan kekerabatan,
saling berbangga dengan keburukan serta dosa-dosa. Tidak ada undang-undang
kecuali hukum rimba yang kuat memakan yang lemah, yang kaya menjadikan budak orang
miskin semuanya dalam kegelapan tidak berkesudahan dan berakhir serta pula
jalan keluar.
Islam datang untuk
memperbaki peradaban pada masa itu, Al-Qur’an sebagai hukum sedangkan Sunnah
menafsirkan dan menjelaskan perinciannya. Semuanya ada didalamnya mulai dari
bidang ilmu pengetahuan, akidah, politik, masyarakat, ekonomi, tarbiyah,
akhlak, perempuan, interaksi Negara segala sisi kehidupan untuk menjadikan masyarakat
manusia secara paripurna dan Rahmatan lil ‘alamin.
Setelah islam datang
Arab yang masa kelam (jahaliyah) yang penuh dengan kebodahan dan tidak mementingkan
sejarah berubah 180°, ilmu-ilmu bangsa asing dari mulai Persia, Romawi dan
sebagainya diterjemahkan dan dipindah perbendaharaannya menuju ilmu Arab.
Didirikan sekolah Iskandariyah dan sekolah Jundaisbar.
Pergerakan penerjemahan
mengalami kemajuan yang pesat pada masa Khilafah Abasiyah pada masa Khalifah
Harun Ar-Rasyid (170-194 H). Kaum Muslimin menggabungkan peradaban Persia dan
India dalam hal ilmiah dan tidak mengambil adab-adab atheis Yunani, tidak
menterjemahkan khufarat-khufarat, menjahui pendapat yang rusak dan tidak
mengambil filsafat dan agamnaya. Peradaban India diambil dari sisi ilmu hisab
(hitung) dan astronomi memelihara dan mengembangkannya. Hal ini bukanlah aib
melainkan perbaharuan peradaban manusia sebagaimana pertolongan Allah untuk
menyempurnakan perjalanan dan penyempurnaan peradaban masa lalu menjadi
sempurna.
Peradaban dari masa ke
masa memiliki ciri dan karakteristikmya tersendiri. Peradaban Yunani, peradaban
yang lebih pengagungan akal, peradaban Romawi terkenal dengan pendewaan
terhadap kekuatan dan perluasana wilayah (ekspansi militer), peradaban Persia
lebih memementingkan kenikmatan duniawi dan kekuatan peperangan dan pengaruh
politik sedangkan peradaban India terkenal dengan kekuatan spritualitas.
Peradana Islam menyempurnakan peradaban-peradaban sebelumnya universalitas,
Tauhid, Seimbang, moderat dan penyempurnaan Akhlak.
Sumbangansih kaum
muslimin pada saat itu sangat luar biasa mulai dari ilmu kedokteraan, fisika,
arsitektur, geografi dan astronomi serta penemuan-penemuan dibidang lainnya.
Siapa yang tidak kenal
Az-Zahrawi orang pertama penemu teori pembedahan di ilmu kedokteran. Seorang
pakar ilmuan besar di biang tubuh Hallery mengatakan “Seluruh pakar bedah Eropa
sesudah abad ke-16 menimba ilmu dan beropatokan pada pembahasan buku Az-Zahrawi
.” kemudian siapa yang tidak kenal dengan Ibnu Sina orang yang pertama kali menemukan
tatacara pengobatan penyakit-penyakit menular seperti penyakit cacar dan
penyakit campak. Ilmuan muslim fisika kita kenal Harun As-Sakandria, Abu Raihan
Al-Biruni, Al-Khazani, kemudian ada Habbatullah bin Malka Al-Baghdadi. Jauh
sebelum Newton menemukan teori Gravitasi ilmuan muslim Al-Hamdani sudah
terlebih dahulu membuat teori dasar seputar gravitasi, kemudian ilmuan muslim
lain Abu Raihan menguatkan apa yang telah ditemukan Al-Hamdani.
Ilmuan muslim ahli
filsuf Abu Yusuf Al-Kindi yang memperkenalkan medan ilmu alamiah dan ilmu
pandangan (mata) serta menjelaskan cahaya dan cara pengobatannya yang
diterangkan didalam bukunya berjudul Al-Manazhir.
Bukunya ini telah diangkat dalam siding-sidang ilmiah Arab, kemudian bangsa
Arab pada masa pertengahan. Kemudian ada juga ilmuan muslim Hasan bin Haitsman
orang yang pertama yang menemukan teori-teori pantulan dan kecondongan dalam
ilmu cahaya.
Ilmuan muslim yang ahli
dibidang arsitek Al-Birumi teori-teori dan motif Arsitektur. Ilmuan muslim yang
berkaitan dengan teori keseimbangan Nashiruddin Ath-Thusi. Kemudian ilmuian
muslim lain Taqiyuddin Asy-Syami.
Ilmuan muslim yang
sangat fenomenal Al-Khawrizmi yang memperkenalkan ilmu Al-Jabar dan Al-Muqabalah
(pembanding), ilmuan lain ahli matematika Bahauddin Al-Amili.
Teori Plato (348 SM)
teori perdananya mengatakan bumi ini bulat akan tetapi hanya itu tanpa dengan
argumentasi yang kuat. Kemudian Bapak Geografi dari Bangsa Yunani Hektatius
(500 M) menyakini bahwa bumi berbentuk bulat. Bangsa Romawi menolak pemikiran
Cosmos salah seorang Bapak Geografi Bangsa Romawi (547 M) ia menulis “Alam
semesta ini menyerupai roda”. Pendeta gereja yang pertama yang dipimpin oleh
Liktanyius menentang keras teori ini mereka mengatakan bahwa bumi itu datar. Teori-teori dari ilmuan Yunani dan Romawi
tidak menjelaskan secara spesifik mengenai bumi.
Kemudian ilmuan muslim
seperti Ibnu Khardzabah (242 H/885 M) mengatakan “Bumi itu berputar sebagaimana
perputaran bola, tempatnya seperti muhhah
(kuning telur) dan pendapat ilmuan muslim lainnya Ibnu Rustah (290 H/903 M)
mengatakan bahwa “Allah meletakkan galaksi berputar dan tempat diamnya di
tengah galasi tata surya”. Kemudian ilmuan-ilmuan mulim lainnya Syarif
Al-Idris, Khalifah Al-Abbasi Al-Ma’mun (218 H/883 M), Abu Ali Al-Marakisyi (660
H/1261 M), Ali bin Umar Al-Katabi, Al-Batani, Qutubuddin Asy-Syirazi dari
Andalusia dan Abu Faraj Ali dari Suriah ikut sumbangsih dalam perkembangan
teori tentang geografi.
Ilmuan astronom muslim ada
Al-Farghani, Al-Batani, Abdurrahman As-Sufi, Abu Wafa’ Al-Buzajani, Abu Ishak
An-Naqash Az-Zarqani, Al-Khawarizmi, Abu Basar Bahauddin Al-Kharaqi, Badi”
Al-Asthralabi, Ibnu Syathir inilah sederet ilmuan muslim yang ahli dibidang
astronomi.
Ilmuan-ilmuan muslim
yang menemukan penemuan baru sungguh banyak seperti ilmuan muslim bernama
Khalid bin Yazid, Jabir, Iman Ar-Razi (311 H/923 M), Ibnu Al-Awwam Al-Isybili.
Ilmuan-ilmuan lain
seperti Al-Jauhari, Al-Kindi, Ar-Razi, Al-Farabi, Al-Mas’udi, Al-Khawarizm, Ikhwan
Shafa, Al-Biruni, Al-Idrisi, Yakut Al-Himawi, Al-Quzuni dan ilmuan yang pertama
dalam menulis buku tentang masalah bebatuan dengan bahasa Arab adalah Athar bin
Muhammad Al-Hasib.
Orang-orang Barat yang
memusuhi kaum muslimin mencoba mengecilkan kontribusi ilmuan muslim dalam hal
perkembangan bidang keilmuan. Mereka mengklaim bahwa kaum muslimin hanya mahir
menguasai beberapa disiplin ilmu pengetahuan yang tidak membutuhkan banyak
pemikiran dan penggunaan akal seperti geografi dan sejarah.
Ada juga beberapa orang
Barat yang berkata jujur tekait perkembangan peradan islam yang begitu
berkembang pesat mulai keilmuan hingga karya-karya yang artistic.
Briffault seorang
sejarahwan berkebangsaan Amerika mengatakan “Tidak satu pun kemajuan peradaban
di Eropa kecuali secara menyakinkan dan pasti telah mengambil dari kemajuan
peradaban islam”.
Sigrid Hunke mengatakan
“Dalam kenyataannya sebenarnya Ruggero Bacone, Bacofon Farolam, Leonardo da
Vinci maupun Galileo bukanlah peletak metodologi penelitian ilmiah, Akan
tetapi, kaum muslimin Arab telah mendahului mereka dalam bidang ini. Adapaun
yang diteliti Ibnu Al-Haitsam Al-Khazin yang namanya sudah terkenal bagi
orang-orang Arab tidak lain kecuali ilmu pengetahuan alam modern dengan
kelebihan di teorinya yang cermat dan risetnya yang detil, dan
penemuan-penemuannya telah mewarnai ilmu-ilmu pengetahuan di Eropa sampai
sekarang ini”.
Max Fantigo mengatakan
“Setiap apa yang terlihat di Barat mengukuhkan bahwa Barat telah berhutang
kepada peradaban Arab Islam. Sesungguhnya metode riset modern yang
pelaksanaannya didasarkan observasi, pengamatan dan uji coba, disamping segala
sesuatu yang digunakan ilmuan Eropa dewasa ini, itu tidak lain karena hasil
interaksi ilmuan Eropa dengan dunia islam melalui Daulah Islam Arab di
Andalusia (Spanyol)”.
Daniel Briffault
berkata, “Sejak tahun 700 masehi, cahaya peradaban Arab islam mulai berkibar
membentang dari Timur Tengah menuju arah timur sampai daerah Persia dan Barat
sampai ke Spanyol. Mereka telah mengembalikan penemuan-penemuan sebagian besar
ilmu pengetahuan klasik dan membukukan penemuan-penemuan baru yang mereka
temukan dalam bidang matematika, kimia, fisika dan ilmu-ilmu lain. Dalam
keadaan yang demikian ini seperti di selainnya maka kaum muslimin Arab
merupakan guru bangsa Eropa karena kaum muslimin telah menyumbangkan saham
besar demi mengantarkan kebangkitan ilmu-ilmu pengetahuan di benua Eropa”.
Sebenarnya masih banyak
lagi pernyataan ilmuan-ilmuan Barat yang mengakui tentang pengaruh
penemuan-penemuan ilmuan muslim hingga ke Eropa disegala bidang keilmuan yang
dijelaskan didalam buku ini.
Akhir dari kata-kata
penutupan penulis begitu mengenak didalam lubuk hati paling dalam. Penulis
bertanya kepada pembaca setelah membaca perjalanan singkat buku ini, menelusuri
relung-relung sejarah islam dan gerbang peradaban kita yang indah maka penulis
bertanya “Apa harapan yang dapat kita perbuat setelah mengetahui semua ini?”
“Apa peran kita sebagai muslim yang ingin meraih kembali peradaban dan masa
depan gemilang?”.
Keberhasilan peradaban
islam yang menjangkau setiap sendi-sendi kehidupan bukan terbatas di tempat
shalat atau di medan jihad saja.
Ada 3 langkah dari
penulis agar peradaban ummat islam kembali Berjaya dan kokoh seperti dahulu.
Langkah pertama adalah dengan kembali mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Apabila kita ingin peradaban
ummat islam kembali cemerlang dan berdiri kokoh maka jangan sekali-kali
bepegang teguh kecuali syariat islam dan jangan sekali-kali memilih kecuali
agama Allah SWT telah berfirman:
“Dan tidaklah patut
bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila
Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatau ketepan akan ada bagi mereka
pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah
dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Q.S
Al-Ahzab: 36).
Yang dimaksud kesesatan
disini adalah meninggalkan pesan Al-Qur’an dan As-Sunnah, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW “Aku tinggalkan untuk kalian dua hal, yang kalian tidak akan
tersesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya, Al-Qur’an dan
Sunnahku.”
Langkah kedua adalah
mempelajari, memahami dan mendalami dasar-dasar dan sumber-sumber keilmuan
mulai dari sains, politik, pemikiran, ekonomi, hukum pengadilan, kesenian, dan
lain sebagainya. Ilmu yang berguna untuk di dunia maupun di akhirat.
Langkah terakhir adalah
menyampaikannya atau mendakwahkannya hingga penjuru dunia. Sehingga dunia
hingga pelosok negeri tahu bahwa sebab kemulian ini bersumber dari agama islam
yang agung. Sesungguhnya risalah islam tidak turun untuk penduduk di Semanjung
Arabia saja, namun diperuntukkan bagi semesta alam.
Allah SWT berfirman:
“Dan tidaklah kamu
mengutus kamu melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam
(Al-Anbiya:107).”
Kalimat terakhir yang
disampaikan penulis buku ini adalah bahwa telah tidak waktu kita untuk mengangkat
kepala kita tinggi-tinggi dan berteriak kepada seluruh makhluk bahwa kita
seorang muslim!.
Kita tak kan pernah
ragu bahwa kembalinya kaum muslimin memegang peradaban dunia akan menjadi
kenyataan dan orang-orang yang berada di tempat jauh maupun dekat akan
melihatnya. Akan tetapi, penulis berharap kepada kita semua untuk bersatu
membangun mercusuar peradaban agung ini. Allah berfirnan, “Mereka akan
menggeleng-gelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata, “Kapan itu (akan
terjadi)? “Katakanlah, “Mudah-mudahan waktu berbangkit itu
dekat.”(Al-Isra’:51). Harapan terakhir penulis “memohon kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala, semoga Allah memuliakan islam dan kaum muslimin.”.