Senin, 30 September 2019

Resume Buku “Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia”


Resume Buku “Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia”
Oleh Yeni S.M
Karya Prof. Dr. Raghib As-Sirjani
Penerbit Pustaka Al-Kautsar

Isi buku ini menjelaskan betapa pada zaman ketika peradaban islam masuk negara-negara islam pada waktu itu sangat maju, mulai dari bidang keilmuan hingga bangunan fisik membuat negara-negara Eropa pada saat itu tercengang.

Penulis resah melihat kondisi keterburukan islam saat ini dimana ummat islam disudutkan dengan sebutan keterbelakangan, kuno, penuh dengan kebodohan hingga fitnahan sedangkan umat islam tidak mampu berbuat apa-apa karena ketidakpunyaan kekuatan (power) dalam segala hal. Ummat islam saat ini tidak mampu menangkis fenomena tersebut hanya diam, mulut bagaikan tak punya sajak, hati hampa, mata buta, hal ini menggambarkan kondisi ummat islam kebanyakan saat ini.

Dari hasil keresahan penulis ini terciptalah karya fenomenal dengan buku yang berjudul “Sumbangan Peradan Islam pada Dunia” Dalam kitab asli berjudul Madza Qaddamal Muslimun Lil ‘Alam Ishamaatu al-Muslimin Fi Al-Hadharah Al-Insaniyah”.

Penulis ingin memaparkan betapa majunya dan pesatnya perkembangan peradaban islam kala itu. Sehingga, ummat islam yang membaca buku ini kembali tersuntik semangatnya untuk menghadirkan kembali kejayaan peradaban ummat islam dalam segala hal mulai dari politik, bidang keilmuan, kesehatan, pertanian hingga perekonomian.

Dalam hal ini kita perlu berdiam diri merenung dan membaca sejenak sejarah sebab-sebab kegemilangan. Kondisi umat akhir ini takkan menjadi baik jika tidak melihat kebaikan generasi pertama. Mempelajarinya bukan untuk kesombongan dan kebanggan melainkan mengembalikan yang hak kepada ahlinya membuat koridornya dan meluruskan jalannya.

Buku ini meraih pernghargaan dari Presiden Mesir Husni Mubarak r.a bidang Ad-Dirasah Al-Islamiah pada tahun 2009 melalui Kementrian Waqaf pada hari rabu 26 Ramadhan 1430 H/16 September 2009. Buku ini terdiri dari 2 buku, buku pertama terdiri dari 5 BAB yang diterjemahkan oleh Sonif, Lc. Sedangkan Buku 2 terdiri dari 8 BAB yang diterjemahkan oleh Masturi Irham, Lc dan H. Malik Supar, Lc.

Peradaban menurut orang-orang terdahulu hanya meliputi tempat tinggal berupa fisik. Dengan berkembangnya seluruh kehidupan manusia mulai ilmu pengetahuan, keahlian, ketatanegaraan hingga perekonomian. Peradaban diartikan bukan hanya tentang suatu kebutuhan primer kehidupan. Menurut penulis buku ini peradaban adalah kekuatan manusia untuk mendirikan hubungan yang seimbang dengan Tuhannya, hubungan dengan manusia yang hidup bersama mereka, dengan lingkungan pertumbuhan dan perkembangan, vertical hamblumminallah dan horizontal hamblumminannas.

Pertengahan sekitar abad ke-10 Masehi suasana kota-kota dunia Islam dan kota-kota dunia Barat sangat jauh berbeda. Kota-kota islam pada saat itu penuh dengan kehidupan, kekuatan dan peradaban sedangkan dunia Barat kebalikannya primitive, tak mengenal ilmu pengetahuan apalagi peradaban dan kuno.
Inggris Anglo-Saxon pada abad ke-7 M hingga abad ke-10 M merupakan negeri tandus, terisolir, kumuh dan liar. Rumah-rumah dibangun dengan batu kasar tidak dipahat apalagi diperkuat maupun diperhalus dan berlantai tanah. Hal ini tertuang didalam buku sejarah umum karya lavis dan Rambou.

Eropa pada masa itu hutan belantara, system pertaniannya terbelakang. Rumah-rumah di Paris dan London dibangun dari kayu dan tanah dicampur dengan jerami dan bambu. Rumah-rumah itu tidak berventilasi dan tidak punya kamar-kamar yang teratur. Mereka tidak punya permadani apalagi tikar hanya ada jerami-jerami yang diserakkan diatas tanah.

Kondisi Eropa berbeda jauh dengan kota-kota besar Islam kala itu seperti Baghdad, Damaskus, Cordoba, Granda dan Sevilla. Kota-kota ini begitu menakjubkan dimalam hari jalan diterangi lampu sepanjang 10 mil. Istana Al-Hamra di Granada begitu mempesona dan mencengangkan. Baghdad kala itu di zaman Khalifah Al-Mansur mendatangkan insyinur teknik, arsitek dan pakat ilmu ukur untuk membangun Baghdad. Di sungai Tigris terdapat 30.000 ribu jembatan, tempat mandinya 60.000 buah dan masjid-mesjid mencapai 300.000 buah.

Kondisi Arab sebelum masuknya islam yang dikenal dengan masa Jahiliyah yang disebut dalam sejarah Arab dengan sebutan Tarikh Al-Jahilia.  Kondisi mereka pada saat itu penuh dengan kekolotan dan perpecahan. Mereka hidup dalam kabilah-kabilah dan berpindah-pindah, pemuh dengan keboodohan dan kelalaian, tidak mengetahui dunia luar, penyembah berhala dan tidak berinteraksi dengan dunia lain.

Dalam hal pernikahan terdapat 4 bentuk pernikahan pada zaman itu, zina merupakan kebiasaan yang lumrah terjadi, meminum khamar merupakan kebiasaan yang mengakar. Kedudukan wanita di zaman Jahiliyah sangat tidak disukai sehingga pada zaman ini tidak hak waris sama sekali untuk wanita. Jika mereka melahirkan seorang anak perempuan maka merah padamlah mukanya (An-Nahl: 58-59). Mereka sangat tidak suka anak perempuan, aib yang memalukan sehingga mereka  akan mengubur hidup-hidup anak perempuan yang baru lahir.

Mereka juga bermuamalah dengan riba sampai-sampai dikatakan “Sesungguhnya jual beli itu seperti riba”. Inilah kondisi Arab sebelum Islam masuk.

Sekilas tentang dunia sebelum islam

Jika kita melihat keadaan dunia pada masa sebelum islam masuk, benar-benar rusak dari segala aspek mulai dari sisi kehidupan, politik, ekonomi, masyarakat dan agama, penuh dengan kezhaliman tenggelam dalam lautan khufarat dan tahayul, berjalan dengan keserakahan dan hawa nafsu.

Manusia pada saat itu meyembah batu-batu, matahari, api bulan hingga hewan. Mereka membagi kasta-kasta, makan harta anak yatim, memutuskan tali hubungan kekerabatan, saling berbangga dengan keburukan serta dosa-dosa. Tidak ada undang-undang kecuali hukum rimba yang kuat memakan yang lemah, yang kaya menjadikan budak orang miskin semuanya dalam kegelapan tidak berkesudahan dan berakhir serta pula jalan keluar.

Islam datang untuk memperbaki peradaban pada masa itu, Al-Qur’an sebagai hukum sedangkan Sunnah menafsirkan dan menjelaskan perinciannya. Semuanya ada didalamnya mulai dari bidang ilmu pengetahuan, akidah, politik, masyarakat, ekonomi, tarbiyah, akhlak, perempuan, interaksi Negara segala sisi kehidupan untuk menjadikan masyarakat manusia secara paripurna dan Rahmatan lil ‘alamin.

Setelah islam datang Arab yang masa kelam (jahaliyah) yang penuh dengan kebodahan dan tidak mementingkan sejarah berubah 180°, ilmu-ilmu bangsa asing dari mulai Persia, Romawi dan sebagainya diterjemahkan dan dipindah perbendaharaannya menuju ilmu Arab. Didirikan sekolah Iskandariyah dan sekolah Jundaisbar.

Pergerakan penerjemahan mengalami kemajuan yang pesat pada masa Khilafah Abasiyah pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid (170-194 H). Kaum Muslimin menggabungkan peradaban Persia dan India dalam hal ilmiah dan tidak mengambil adab-adab atheis Yunani, tidak menterjemahkan khufarat-khufarat, menjahui pendapat yang rusak dan tidak mengambil filsafat dan agamnaya. Peradaban India diambil dari sisi ilmu hisab (hitung) dan astronomi memelihara dan mengembangkannya. Hal ini bukanlah aib melainkan perbaharuan peradaban manusia sebagaimana pertolongan Allah untuk menyempurnakan perjalanan dan penyempurnaan peradaban masa lalu menjadi sempurna.

Peradaban dari masa ke masa memiliki ciri dan karakteristikmya tersendiri. Peradaban Yunani, peradaban yang lebih pengagungan akal, peradaban Romawi terkenal dengan pendewaan terhadap kekuatan dan perluasana wilayah (ekspansi militer), peradaban Persia lebih memementingkan kenikmatan duniawi dan kekuatan peperangan dan pengaruh politik sedangkan peradaban India terkenal dengan kekuatan spritualitas. Peradana Islam menyempurnakan peradaban-peradaban sebelumnya universalitas, Tauhid, Seimbang, moderat dan penyempurnaan Akhlak.

Sumbangansih kaum muslimin pada saat itu sangat luar biasa mulai dari ilmu kedokteraan, fisika, arsitektur, geografi dan astronomi serta penemuan-penemuan dibidang lainnya.

Siapa yang tidak kenal Az-Zahrawi orang pertama penemu teori pembedahan di ilmu kedokteran. Seorang pakar ilmuan besar di biang tubuh Hallery mengatakan “Seluruh pakar bedah Eropa sesudah abad ke-16 menimba ilmu dan beropatokan pada pembahasan buku Az-Zahrawi .” kemudian siapa yang tidak kenal dengan Ibnu Sina orang yang pertama kali menemukan tatacara pengobatan penyakit-penyakit menular seperti penyakit cacar dan penyakit campak. Ilmuan muslim fisika kita kenal Harun As-Sakandria, Abu Raihan Al-Biruni, Al-Khazani, kemudian ada Habbatullah bin Malka Al-Baghdadi. Jauh sebelum Newton menemukan teori Gravitasi ilmuan muslim Al-Hamdani sudah terlebih dahulu membuat teori dasar seputar gravitasi, kemudian ilmuan muslim lain Abu Raihan menguatkan apa yang telah ditemukan Al-Hamdani.

Ilmuan muslim ahli filsuf Abu Yusuf Al-Kindi yang memperkenalkan medan ilmu alamiah dan ilmu pandangan (mata) serta menjelaskan cahaya dan cara pengobatannya yang diterangkan didalam bukunya berjudul Al-Manazhir. Bukunya ini telah diangkat dalam siding-sidang ilmiah Arab, kemudian bangsa Arab pada masa pertengahan. Kemudian ada juga ilmuan muslim Hasan bin Haitsman orang yang pertama yang menemukan teori-teori pantulan dan kecondongan dalam ilmu cahaya.

Ilmuan muslim yang ahli dibidang arsitek Al-Birumi teori-teori dan motif Arsitektur. Ilmuan muslim yang berkaitan dengan teori keseimbangan Nashiruddin Ath-Thusi. Kemudian ilmuian muslim lain Taqiyuddin Asy-Syami.

Ilmuan muslim yang sangat fenomenal Al-Khawrizmi yang memperkenalkan ilmu Al-Jabar dan Al-Muqabalah (pembanding), ilmuan lain ahli matematika Bahauddin Al-Amili.

Teori Plato (348 SM) teori perdananya mengatakan bumi ini bulat akan tetapi hanya itu tanpa dengan argumentasi yang kuat. Kemudian Bapak Geografi dari Bangsa Yunani Hektatius (500 M) menyakini bahwa bumi berbentuk bulat. Bangsa Romawi menolak pemikiran Cosmos salah seorang Bapak Geografi Bangsa Romawi (547 M) ia menulis “Alam semesta ini menyerupai roda”. Pendeta gereja yang pertama yang dipimpin oleh Liktanyius menentang keras teori ini mereka mengatakan bahwa bumi itu datar.  Teori-teori dari ilmuan Yunani dan Romawi tidak menjelaskan secara spesifik mengenai bumi.

Kemudian ilmuan muslim seperti Ibnu Khardzabah (242 H/885 M) mengatakan “Bumi itu berputar sebagaimana perputaran bola, tempatnya seperti muhhah (kuning telur) dan pendapat ilmuan muslim lainnya Ibnu Rustah (290 H/903 M) mengatakan bahwa “Allah meletakkan galaksi berputar dan tempat diamnya di tengah galasi tata surya”. Kemudian ilmuan-ilmuan mulim lainnya Syarif Al-Idris, Khalifah Al-Abbasi Al-Ma’mun (218 H/883 M), Abu Ali Al-Marakisyi (660 H/1261 M), Ali bin Umar Al-Katabi, Al-Batani, Qutubuddin Asy-Syirazi dari Andalusia dan Abu Faraj Ali dari Suriah ikut sumbangsih dalam perkembangan teori tentang geografi.

Ilmuan astronom muslim ada Al-Farghani, Al-Batani, Abdurrahman As-Sufi, Abu Wafa’ Al-Buzajani, Abu Ishak An-Naqash Az-Zarqani, Al-Khawarizmi, Abu Basar Bahauddin Al-Kharaqi, Badi” Al-Asthralabi, Ibnu Syathir inilah sederet ilmuan muslim yang ahli dibidang astronomi.

Ilmuan-ilmuan muslim yang menemukan penemuan baru sungguh banyak seperti ilmuan muslim bernama Khalid bin Yazid, Jabir, Iman Ar-Razi (311 H/923 M), Ibnu Al-Awwam Al-Isybili.

Ilmuan-ilmuan lain seperti Al-Jauhari, Al-Kindi, Ar-Razi, Al-Farabi, Al-Mas’udi, Al-Khawarizm, Ikhwan Shafa, Al-Biruni, Al-Idrisi, Yakut Al-Himawi, Al-Quzuni dan ilmuan yang pertama dalam menulis buku tentang masalah bebatuan dengan bahasa Arab adalah Athar bin Muhammad Al-Hasib.

Orang-orang Barat yang memusuhi kaum muslimin mencoba mengecilkan kontribusi ilmuan muslim dalam hal perkembangan bidang keilmuan. Mereka mengklaim bahwa kaum muslimin hanya mahir menguasai beberapa disiplin ilmu pengetahuan yang tidak membutuhkan banyak pemikiran dan penggunaan akal seperti geografi dan sejarah.

Ada juga beberapa orang Barat yang berkata jujur tekait perkembangan peradan islam yang begitu berkembang pesat mulai keilmuan hingga karya-karya yang artistic.

Briffault seorang sejarahwan berkebangsaan Amerika mengatakan “Tidak satu pun kemajuan peradaban di Eropa kecuali secara menyakinkan dan pasti telah mengambil dari kemajuan peradaban islam”.

Sigrid Hunke mengatakan “Dalam kenyataannya sebenarnya Ruggero Bacone, Bacofon Farolam, Leonardo da Vinci maupun Galileo bukanlah peletak metodologi penelitian ilmiah, Akan tetapi, kaum muslimin Arab telah mendahului mereka dalam bidang ini. Adapaun yang diteliti Ibnu Al-Haitsam Al-Khazin yang namanya sudah terkenal bagi orang-orang Arab tidak lain kecuali ilmu pengetahuan alam modern dengan kelebihan di teorinya yang cermat dan risetnya yang detil, dan penemuan-penemuannya telah mewarnai ilmu-ilmu pengetahuan di Eropa sampai sekarang ini”.

Max Fantigo mengatakan “Setiap apa yang terlihat di Barat mengukuhkan bahwa Barat telah berhutang kepada peradaban Arab Islam. Sesungguhnya metode riset modern yang pelaksanaannya didasarkan observasi, pengamatan dan uji coba, disamping segala sesuatu yang digunakan ilmuan Eropa dewasa ini, itu tidak lain karena hasil interaksi ilmuan Eropa dengan dunia islam melalui Daulah Islam Arab di Andalusia (Spanyol)”.

Daniel Briffault berkata, “Sejak tahun 700 masehi, cahaya peradaban Arab islam mulai berkibar membentang dari Timur Tengah menuju arah timur sampai daerah Persia dan Barat sampai ke Spanyol. Mereka telah mengembalikan penemuan-penemuan sebagian besar ilmu pengetahuan klasik dan membukukan penemuan-penemuan baru yang mereka temukan dalam bidang matematika, kimia, fisika dan ilmu-ilmu lain. Dalam keadaan yang demikian ini seperti di selainnya maka kaum muslimin Arab merupakan guru bangsa Eropa karena kaum muslimin telah menyumbangkan saham besar demi mengantarkan kebangkitan ilmu-ilmu pengetahuan di benua Eropa”.

Sebenarnya masih banyak lagi pernyataan ilmuan-ilmuan Barat yang mengakui tentang pengaruh penemuan-penemuan ilmuan muslim hingga ke Eropa disegala bidang keilmuan yang dijelaskan didalam buku ini.

Akhir dari kata-kata penutupan penulis begitu mengenak didalam lubuk hati paling dalam. Penulis bertanya kepada pembaca setelah membaca perjalanan singkat buku ini, menelusuri relung-relung sejarah islam dan gerbang peradaban kita yang indah maka penulis bertanya “Apa harapan yang dapat kita perbuat setelah mengetahui semua ini?” “Apa peran kita sebagai muslim yang ingin meraih kembali peradaban dan masa depan gemilang?”.

Keberhasilan peradaban islam yang menjangkau setiap sendi-sendi kehidupan bukan terbatas di tempat shalat atau di medan jihad saja.

Ada 3 langkah dari penulis agar peradaban ummat islam kembali Berjaya dan kokoh seperti dahulu. Langkah pertama adalah dengan kembali mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Apabila kita ingin peradaban ummat islam kembali cemerlang dan berdiri kokoh maka jangan sekali-kali bepegang teguh kecuali syariat islam dan jangan sekali-kali memilih kecuali agama Allah SWT telah berfirman:
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatau ketepan akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Q.S Al-Ahzab: 36).

Yang dimaksud kesesatan disini adalah meninggalkan pesan Al-Qur’an dan As-Sunnah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW “Aku tinggalkan untuk kalian dua hal, yang kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya, Al-Qur’an dan Sunnahku.”

Langkah kedua adalah mempelajari, memahami dan mendalami dasar-dasar dan sumber-sumber keilmuan mulai dari sains, politik, pemikiran, ekonomi, hukum pengadilan, kesenian, dan lain sebagainya. Ilmu yang berguna untuk di dunia maupun di akhirat.

Langkah terakhir adalah menyampaikannya atau mendakwahkannya hingga penjuru dunia. Sehingga dunia hingga pelosok negeri tahu bahwa sebab kemulian ini bersumber dari agama islam yang agung. Sesungguhnya risalah islam tidak turun untuk penduduk di Semanjung Arabia saja, namun diperuntukkan bagi semesta alam.

 Allah SWT berfirman:
“Dan tidaklah kamu mengutus kamu melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam (Al-Anbiya:107).”
Kalimat terakhir yang disampaikan penulis buku ini adalah bahwa telah tidak waktu kita untuk mengangkat kepala kita tinggi-tinggi dan berteriak kepada seluruh makhluk bahwa kita seorang muslim!.

Kita tak kan pernah ragu bahwa kembalinya kaum muslimin memegang peradaban dunia akan menjadi kenyataan dan orang-orang yang berada di tempat jauh maupun dekat akan melihatnya. Akan tetapi, penulis berharap kepada kita semua untuk bersatu membangun mercusuar peradaban agung ini. Allah berfirnan, “Mereka akan menggeleng-gelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata, “Kapan itu (akan terjadi)? “Katakanlah, “Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat.”(Al-Isra’:51). Harapan terakhir penulis “memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, semoga Allah memuliakan islam dan kaum muslimin.”.

Perjanalan Menuju Ufuk Barat

Hidup ini hanyalah sandiwara bak drama atau sinetron ... Dan kamu lah sebagai pemeran utamanya...  Kamu tinggal milih peran apa yang akan ka...